Jumat, 09 September 2011

ASKEP GANGGUAN ALAM PERASAAN


Label: Perkuliahan
I.PENGERTIAN
• Alam perasaan(mood) adalah keadaan emosional yang berkepanjangan yang mempengaruhi seluruh kepribadian dan fungsi kehidupan seseorang.
• Gangguan alam perasaan adalah gangguan emosional yang disertai gejala mania atau depresi.

II.RENTANG RESPONS EMOSIONAL

Respon adaptif ----------------------------Respon maladaptif

* * * * *
_ _____________ ________________ _______________ ________________ ____
Responsif Reaksi kehilangan yang wajar Supresi Reaksi kehilangan yang memanjang Mania/Depresi

v Responsif adalah respons emosional individu yang terbuka dan sadar akan perasaannya.Pada rentang ini individu dapat berpartisipasi dengan dunia eksternal dan internal.
 Reaksi kehilangan yang wajar merupakanv posisi rentang yang normal dialami oleh individu yang mengalami kehilangan.Pada rentang ini individu menghadapi realita dari kehilangan dan mengalami proses kehilangan,misalnya bersedih,
berfokus pada diri sendiri,berhenti melakukan kegiatan sehari-hari.
Reaksi kehilangan tersebut tidak berlangsung lama.
v Supresi merupakan tahap awal respons emosional yang maladaptif,individu menyangkal,menekan atau menginternalisasi semua aspek perasaannya terhadap lingkungan.
 Reaksi berduka yangv memanjang merupakan penyangkalan yang menetap dan memanjang,tetapi tidak tampak reaksi emosional terhadap kehilangan.
Reaksi berduka yang memanjang ini dapat terjadi beberapa tahun.
v Mania/Depresi merupakan respons emosional yang berat dan dapat dikenal melalui intensitas dan pengaruhnya terhadap fisik individu dan fungsi sosial.
Mania adalah suatu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan adanya alam
perasaan yang meningkat,meluas atau keadaan emosional yang mudah tersinggung
dan terangsang.Kondisi ini dapat diiringi dengan perilaku berupa peningkatan
kegiatan,banyak bicara,ide-ide yang meloncat,senda gurau,tertawa berlebihan,
penyimpangan seksual.
Depresi adalah suatu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan sedih
dan berduka yang berlebihan dan berkepanjangan.

Perbedaan antara grieving dan dying
• Berduka (grieving) meupakan reaksi emosional terhadap kehilangan.
• Sekarat (dying) merupakan kondisi pasien yang sedang menghadapi kematian,yang memiliki berbagai hal dan harapan tertentu untuk meninggal.

III.FAKTOR PREDISPOSISI & PRESIPITASI

III.1.Faktor Predisposisi
III.1.1.Faktor genetik,mengemukakan transmisi gangguan alam perasaan diteruskan
melalui garis keturunan.Frekuensi gangguan alam perasaan meningkat pada kembar
monozygote daripada dizygote.

III.1.2.Teori agresi berbalik pada diri sendiri mengemukakan bahwa depresi diakibatkan
oleh perasaan marah yang dialihkan pada diri sendiri.Freud mengatakan bahwa
kehilangan obyek/orang,ambivalen antara perasaan benci dan cinta dapat berbalik
menjadi perasaan yang menyalahkan diri sendiri.

III.1.3.Teori kehilangan.Berhubungan dengan faktor perkembangan;misalnya kehilangan
orang tua pada masa anak,perpisahan yang bersifat traumatis dengan orang yang
sangat dicintai.Individu tidak berdaya mengatasi kehilangan.

III.1.4.Teori kepribadian mengemukakan bahwa tipe kepribadian tertentu menyebabkan
seseorang mengalami depresi atau mania.

III.1.5.Teori kognitif mengemukakan bahwa depresi merupakan masalah kognitif yang
dipengaruhi oleh penilaian negatif terhadap diri sendiri,lingkungan dan masa depan.
III.1.6.Model belajar ketidakberdayaan mengemukakan bahwa depresi dimulai dari
kehilangan kendali diri,lalu menjadi pasif dan tidak mampu menghadapi masalah.
Kemudian individu timbul keyakinan akan ketidakmampuannya mengendalikan
kehidupan sehingga ia tidak berupaya mengembangkan respons yang adaptif.


III.1.7.Model perilaku mengemukakan bahwa depresi terjadi karena kurangnya pujian
(reinforcement) positif selama berinteraksi dengan lingkungan.

III.1.8.Model biologis mengemukakan bahwa pada keadaan depresi terjadi perubahan
kimiawi,yaitu defisiensi katekolamin,tidak berfungsinya endokrin dan hipersekresi
kortisol.

III.2. Faktor Presipitasi
Stresor yang dapat menyebabkan gangguan alam perasaan meliputi:
 Faktor biologis meliputi perubahan fisiologis yang disebabkan oleh obat-obatanØ
atau berbagai penyakit fisik seperti infeksi,neoplasma dan ketidakseimbangan
metabolisme.
 Faktor psikologis meliputi kehilangan kasih sayang,termasuk kehilangan cinta,Ø
seseorang,dan kehilangan harga diri.
 Faktor sosial budaya meliputi kehilangan peran,perceraian,kehilangan pekerjaan.Ø


IV.PERILAKU DAN MEKANISME KOPING
Perilaku yang berhubungan dengan mania bervariasi.
Gambaran utama dari mania adalah perbedaan intensitas psikofisiologikal yang tinggi,dapat dilihat pada tabel 1.
Pada keadaan depresi kesedihan dan kelambanan dapat menonjol atau dapat terjadi agitasi,
dapat dilihat pada tabel 2.

Mekanisme koping yang digunakan pada reaksi kehilangan yang memanjang adalah denial
dan supresi,hal ini untuk menghindari tekanan yang hebat.Depresi,yaitu perasaan berduka yang belum terselesaikan,mekanisme koping yang digunakan adalah represi,supresi,denial dan disosiasi.Tingkah laku mania merupakan mekanisme pertahanan terhadap depresi yang diakibatkan dari kurang efektifnya koping dalam menghadapi kehilangan.


Tabel 1;Perilaku yang berhubungan dengan Mania
Afektif Kognitif Fisik Tingkah laku
a).Gembira yang
berlebihan
b).Harga diri
meningkat
c).Tidak tahan kritik a).Ambisi
b).Mudah terpengaruh
c).Mudah beralih
perhatian
d).Waham kebesaran
e).Ilusi
f).Flight of ideas
g).Gangguan penglihatan a).Dehidrasi
b).Nutrisi yg tidak
adekuat
c).Berkurangnya
kebutuhan tidur/
istirahat
d).Berat badan menurun a).Agresif
b).Hiperaktif
c).Aktivitas motorik
meningkat
d).Kurang bertanggung
jawab
e).Royal
f).Iritatable/suka berdebat
g).Perawatan diri kurang
h).Tingkah laku seksual
yang berlebihan
i).Bicara bertele-tele.


Tabel 2;Perilaku yang berhubungan dengan depresi
Afektif Kognitif Fisik Tingkah laku
#Sedih,cemas,apatis,
murung,
#.Kebencian,kekesalan
marah,
#.Perasaan ditolak,
perasaan bersalah,
#Merasa tdk berdaya,
putus asa,
#.Merasa sendirian,
#.Merasa rendah diri,
#.Merasa tak berharga
#Ambivalensi,bingung,
ragu-ragu,
#Tidak mampu
konsentrasi,
#Hilang perhatian dan
motivasi,
#Menyalahkan diri sendiri,
#Pikiran merusak diri,
#Rasa tidak menentu,
#Pesimis #Sakit perut,anoreksia,
mual,muntah,
#Gangguan pencernaan,
konstipasi,
#Lemah,lesu,nyeri,kepala,
pusing,
#Insomnia,nyeri dada,
overakting,
#Perubahan berat badan,
gangguan selera makan,
#Gangguan menstruasi,
impoten,
#Tidak berespon terhadap
seksual. #Agresif,agitasi,tidak
toleran,
#Gangguan tingkat
aktivitas
#Kemunduran
psikomotor,
#Menarik diri,
isolasi sosial,
#Iritabel(mudah marah,
menangis,
tersinggung),
#Berkesan
menyedihkan,
#Kurang spontan,
#Gangguan kebersihan


V.ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN MANIA DAN DEPRESI

V.1.Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan cara mengidentifikasi faktor predisposisi,presipitasi,dan perubahan perilaku serta mekanisme koping yang digunakan klien(lihat point III & IV).

V.2.Masalah Keperawatan
Masalah keperawatan yang berhubungan dengan respons emosional (gangguan alam perasaan ) antara lain:
 Berduka disfungsional§
 Ketidakberdayaan§
 Peningkatan mobilitas fisik§
 Gangguan pola tidur§
 Risiko terhadap cedera§
 Perubahan nutrisi§
 Defisit perawatan diri§
 Ansietas§

V.3.Perencanaan
Tujuan Umum:Mengajarkan klien untuk berespons emosional yang adptif dan meningkatkan rasa puas serta kesenangan yang dapat diterima oleh lingkungan.

Tindakan keperawatan:
Lingkungan
Prioritas utama dalam merawat klien mania dan depresi adalah mencegah terjadinya
kecelakaan.Karena klien mania memiliki daya nilai yang rendah,hiperaktif,senang
tindakan yang berisiko tinggi,maka klien harus ditempatkan dilingkungan yang aman,yaitu dilantai dasar,perabotan yang dasar,kurangi rangsang dan suasana yang tenang.Sedangkan merawat klien depresi lebih ditujukan pada potensial bunuh diri,karena klien merasa tidak berdaya,tidak berharga dan keputusasaan.


Hubungan perawat – klien
Hubungan saling percaya yang terapeutik perlu dibina dan dipertahankan.Bekerja dengan klien depresi perawat harus bersifat hangat,menerima,diam aktif,jujur dan empati.Bicara lambat,sederhana dan beri waktu pada klien untuk berpikir dan menjawab.
Berbeda bila bekerja dengan klien mania,perawat harus membuat batasan yang konstruktif,hal ini perlu untuk mengontrol perilaku klien.Kontrol dari lingkungan (perawat,dokter,klien) yang konsisten akan mempercepat kesadaran klien untuk
mengontrol perilakunya.

Afektif
Kesadaran dan kontrol diri perawat pada dirinya merupakan syarat utama.Merawat klien depresi,perawat harus mempunyai harapan bahwa klien akan lebih baik.Sikap perawat yang menerima klien,hangat,sederhana akan mengekspresikan pengharapan pada klien.Prinsip intervensi afektif adalah menerima dan menenangkan klien bukan menggembirakan atau mengatakan bahwa klien tidak perlu khawatir.Klien didorong untuk mengekspresikan pengalaman yang menyakitkan dan menyedihkan secara verbal,hal ini akan mengurangi intensitas masalah yang dihadapi.

Kognitif
Intervensi kognitif bertujuan untuk meningkatkan control diri klien pada tujuan dan perilaku,meningkatkan harga diri dan membantu klien memodifikasi harapan yang negatif.
Cara mengubah pikiran yang negatif:
1.Identifikasi semua ide,pikiran yang negatif.
2.Identifikasi aspek positif yang dimiliki klien (kemampuan,keberhasilan).
3.Dorong klien menilai kembali persepsi,logika,rasional.
4.Bantu klien mengubah persepsi yang salah/negatif ke persepsi positif,dari tidak
realistis ke realistis.
5.Sertakan klien pada aktifitas yang memperlihatkan hasil.Beri penguatan dan
pujian akan keberhasilan.


Perilaku
Intervensi perilaku bertujuan untuk mengaktifkan klien pada tujuan realistic,yaitu
dengan memberi tanggung jawab secara bertahap dalam kegiatan di ruangan.Klien
depresi berat dengan penurunan motivasi perlu dibuat kegiatan yang terstruktur.
Beri penguatan pada kegiatan yang berhasil

Sosial
Tujuan intervensi sosial adalah meningkatkan hubungan sosial,dengan cara:
1.Kaji kemampuan,dukungan dan minat klien.
2.Observasi dan kaji sumber dukungan yang ada pada klien.
3.Bimbing klien melakukan hubungan interpersonal,dengan role model,role play.
4.Beri umpan balik dan penguatan hubungan interpersonal yang positif.
5.Dorong klien untuk memulai hubungan sosial yang lebih luas (dengan perawat,
klien).

Fisiologis
Intervensi fisiologis bertujuan untuk meningkatkan status kesehatanklien.
Kebutuhan dasar seperti makan,minum,istirahat,kebersihan dan penampilan diri
perlu mendapat perhatian perawat.

#Kewaspadaan Perawat#
Dalam memberi asuhan keperawatan kepada klien dengan gangguan alam perasaan yang berat,perawat harus memberikan prioritas yang paling utama terhadap potensial bunuh diri. Perawatan dirumah sakit diperlukan bila ada resiko bunuh diri,yaitu gejala meningkat secara cepat dan support sistem tidak ada atau kurang.Asuhan keperawatan pada keadaan ini untuk melindungi dan menjamin agar klien tidak mencelakakan diri sendiri.Percobaan bunuh diri biasanya terjadi pada saat klien keluar dari fase depresi,klien mempunyai energi dan kesempatan untuk bunuh diri.Klien dalam keadaan mania akut juga dapat mengancam kehidupannya.

Sebagai contoh,pada lampiran 1 & 2 akan diuraikan rencana tindakan keperawatan untuk diagnosa yang etiologinya Ketidakberdayaan dan Peningkatan mobilitas fisik.


VI. EVALUASI
1. Apakah semua sumber pencetus stress dan persepsi klien dapat digali?
2. Apakah masalah klien mengenai konsep diri,rasa marah dan hubungan interpersonal dapat digali?
1. Apakah perubahan pola tingkah laku klien dan respons tersebut tampak?
2. Apakah riwayat individu klien dan keluarganya sebelum fase depresi/mania dapat dievaluasi sepenuhnya?
1. Apakah perlu dilakukan tindakan untuk mencegah kemungkinan terjadinya bunuh diri?
2. Apakah masyarakat lingkungan juga merupakan sumber koping?
3. Apakah tindakan keperawatan telah mencakup semua aspek dunia klien?
4. Apakah reaksi perubahan klien dapat diidentifikasi dan dilalui dengan baik oleh klien?
5. Apakah perawat mampu untuk mawas diri terhadap perasaan pribadi,konflik,dan mampu untuk menghadapi benturan emosi yang timbul dalam hubungan dengan klien?
6. Apakah pengalaman klien akan meningkatkan kepuasan dan kesenangan klien terhadap dunia pribadinya?


Lampiran 1

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN
DENGAN MASALAH KEPERAWATAN KETIDAKBERDAYAAN

Ketidakberdayaan merupakan persepsi individu bahwa segala tindakannya tidak akan mendapatkan hasil atau suatu keadaan dimana individu kurang dapat mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan.
Karena ketidakberdayaan dapat menyebabkan gangguan harga diri maka diagnosa keperawatan dapat dirumuskan :Gangguan harga diri:Harga diri rendah berhubungan
dengan Ketidakberdayaan.

1. PENGKAJIAN

Data-data yang biasa ditampilkan pada pasien dengan ketidakberdayaan adalah:
 Mengatakan secara verbal ketidakmampuan mengendalikan atau mempengaruhiv
situasi.
 Mengatakan tidak dapat menghasilkan sesuatuv
 Mengatakan ketidakmampuan perawatan diriv
 Tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan saat kesempatan diberikanv
 Segan mengekspresikan perasaan yang sebenarnyav
 Apastis,pasifv
 Ekspresi muka murungv
 Bicara dan gerakan lambatv
 Nafsu makan tidak ada atau berlebihanv
 Tidur berlebihanv
 Menghindari orang lain.v

2. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Tujuan Umum:
Pasien dapat melakukan cara pengambilan keputusan yang efektif untuk mengendalikan
situasi kehidupannya dengan demikian menurunkan perasaan rendah diri.

TUJUAN KHUSUS TINDAKAN
1.Pasien dapat membina
hubungan terapeutik
dengan perawat.

2.Pasien dapat mengenali
dan mengekspresikan
emosinya.

3.Pasien dapat
memodifikasi pola
kognitif yang negatif. 1.1.Lakukan pendekatan yang hangat,menerima pasien apa adanya
dan bersifat empati
1.2.Mawas diri dan cepat mengendalikan perasaan dan reaksi diri
perawat sendiri (misalnya:rasa marah,frustasi dan simpati)
1.3.Sediakan waktu untuk berdiskusi dan bina hubungan yang
sifatnya supportif
1.4.Beri waktu untuk pasien berespons.

2.1.Tunjukkan respons emosional dan menerima pasien
2.2.Gunakan teknik komunikasi terapeutik terbuka,eksplorasi,
klarifikasi.
2.3.Bantu pasien untuk mengekspresikan perasaannya
2.4.Bantu pasien mengidentifikasi area-area situasi kehidupannya
yang tidak berada dalam kemampuannya untuk mengontrol.
Dorong untuk menyatakan secara verbal perasaan-perasaannya
yang berhubungan dengan ketidakmampuan.

3.1.Diskusikan tentang masalah yang dihadapi pasien tanpa
memintanya untuk menyimpulkan.
3.2.Identifikasi pemikiran yang negatif dan bantu untuk
menurunkannya melalui interupsi atau substitusi.
3.3.Bantu pasien untuk meningkatkan pemikiran yang positif.
3.4.Evaluasi ketepatan persepsi,logika dan kesimpulan yang dibuat
pasien.
3.5.Identifikasi persepsi pasien yang tidak tepat,penyimpangan
dan pendapatnya yang tidak rasional.
3.6.Kurangi penilaian pasien yang negatif terhadap dirinya.


4.Pasien dapat
berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan
yang berkenaan dengan
perawatannya sendiri.

5.Pasien dapat
termotivasi untuk aktif
mencapai tujuan yang
realistik. 3.7.Bantu pasien untuk menyadari nilai yang dimilikinya atau
perilakunya dan perubahan yang terjadi.

4.1.Libatkan pasien dalam menetapkan tujuan-tujuan
perawatannya yang ingin dicapai.
4.2.Motivasi pasien untuk membuat jadwal aktifitas perawatan
dirinya
4.3.Berikan pasien privasi sesuai kebutuhan yang ditentukan
4.4.Berikan ”reinforcement” positif untuk keputusan yang dibuat
4.5.Beri pujian jika klien berhasil melakukan kegiatan atau
penampilan yang bagus.
4.6.Motivasi pasien untuk mempertahankan penampilan/kegiatan
tersebut.

5.1.Bantu pasien untuk menetapkan tujuan-tujuan yang realistik.
Fokuskan kegiatan pada saat ini bukan pada kegiatan masa lalu
5.2.Bantu pasien mengidentifikasi area-area situasi kehidupan
yang dapat dikontrolnya.
5.3.Identifikasi cara-cara yang dapat dicapai oleh pasien.Dorong
untuk berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas tersebut dan
berikan penguatan positif untuk berpartisipasi dan
pencapaiannya.
5.4.Motivasi keluarga untuk berperan aktif dalam membantu
pasien menurunkan perasaan tidak berdaya.

Lampiran 2

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN
PENINGKATAN MOBILITAS FISIK

Peningkatan mobilitas fisik yang sering juga disebut dengan hiperaktif merupakan suatu
gangguan alam perasaan.

1. PENGKAJIAN
Perilaku yang sering timbul pada pasien ini adalah:
o Aktivitas motorik yang meningkat
o Ekspresi wajah riang yang berlebihan
o Banyak bicara dan pembicaraan mudah beralih dari satu topik ke topik lain
(flight of ideas)
o Kurang bertanggung jawab
o Mudah tersinggung dan terangsang
o Tingkah laku mengancam bahaya
o Tidak tahan kritik
o Tidak takut bahaya.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Bila saudara menganalisa data-data yang dijumpai pada pasien dengan peningkatan
mobilitas fisik,maka diagnosa yang dapat dirumuskan adalah :
Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan peningkatan mobilitas fisik.

3. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Tujuan Umum:
Pasien tidak akan mengalami cedera fisik selama dirawat.

TUJUAN KHUSUS TINDAKAN
1.Pasien dapat membina
hubungan saling percaya 1.1.Kenalkan diri pada pasien
1.2.Tanggapi pembicaraan pasien dengan sabar dan tidak
menyangkal.
1.3.Bicara dengan tegas,jelas dan simpati.
1.4.Bersikap hangat dan bersahabat.
1.5.Temani pasien saat agitasi muncul dan hiperaktivitasnya
meningkat.
2.Pasien dapat
mengendalikan aktivitas
motorik.

3.Pasien dapat
mengungkapkan
perasaannya.

4.Pasien dapat menentukan
cara penyelesaian masalah
(koping) yang konstruktif.

5.Pasien mendapat dukungan
keluarga. 2.1.Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat yang dapat
menurunkan aktivitas motorik.
2.2.Diskusikan dengan pasien manfaat pemberian obat
2.3.Ciptakan ruangan yang tenang dan tidak banyak rangsangan,
seperti musik yang lembut,penataan ruangan tidak banyak
peralatan.
2.4.Beri kegiatan yang dapat diselesaikan oleh pasien,misalnya
mandi,makan,dll
2.5.Beri reinforcement positif bila pekerjaan/kegiatan tersebut
dapat diselesaikan
2.6.Bersama pasien membuat jadwal kegiatan/aktivitas fisik
untuk menyalurkan energinya,seperti menyapu, mengepel,
olahraga.
2.7.Beri reinforcement positif bila pasien dapat melakukan
kegiatannya tersebut.
2.8.Tetapkan batasan yang konstruktif terhadap tingkah laku
yang negatif
2.9.Lakukan pendekatan yang konsisten oleh seluruh anggota
tim kesehatan
2.10.Pertahankan komunikasi terbuka dan membagi persepsi
diantara anggota tim kesehatan
2.11.Kuatkan perilaku pengendalian diri dan perilaku positif
lainnya.

3.1.Beri kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan
perasaannya yang menyakitkan
3.2.Beri kesempatan kepada pasien untuk mengutarakan
keinginannya,perasaan dan pikiran dengan menggunakan
tekhnik komunikasi ”fokusing”
3.3.Berikan respons empati dan menerima pasien
3.4.Bantu pasien menurunkan tingkat ansietas.

4.1.Identifikasi bersama pasien cara yang biasa digunakan untuk
mengatasi perasaan kesal,marah atau sesuatu yang tidak
menyenangkan.
4.2.Diskusikan manfaat dari cara yang telah digunakan.
4.3.Diskusikan tentang alternatif cara untuk mengatasi perasaan
yang tidak menyenangkan.
4.4.Beri motivasi pasien agar memilih cara penyelesaian
masalah yang tepat serta diskusikan konsekwensi dari cara
yang dipilih.
4.5.Anjurkan pasien untuk mencoba cara tersebut.

5.1.Diskusikan dengan keluarga tentang keadaan pasien.
5.2.Bantu keluarga untuk memberikan asuhan yang tepat.
5.3.Bantu keluarga untuk merencanakan kegiatan yang sesuai
dengan keadaan pasien






































Gangguan Alam Perasaan :depresi

Menurut seorang ilmuwan terkemuka yaitu Phillip L. Rice (1992), depresi adalah gangguan mood, kondisi emosional berkepanjangan yang mewarnai seluruh proses mental (berpikir, berperasaan dan berperilaku) seseorang. Definisi lain mengatakan bahwa depresi merupakan suatu gangguan suasana perasaan (mood) yang menahun mencakup terdapatnya gangguan alam perasaan yang depressif (tertekan), hilangnya minat atau rasa senang dalam semua segi kegiatan kehidupan, termasuk lenyapnya semangat melakukan semua aktifitas yang disenangi dalam waktu senggangnya. Kondisi gangguan ini bisa berlangsung selama beberapa hari sampai beberapa minggu.
TIPE GANGGUAN ALAM PERASAAN
Secara garis besar, tipe gangguan dapat diklasifikasikan menjadi mood episode, depressive disorder, dan bipolar disorders (Yosep, 2007)
1.      Mood Episode
a. Mayor depressive episode
pada tipe ini, terdapat 5 atau lebih gejala-gejala yang ditampilkan selama periode 2 minggu dan menampilkan perubahan fungsi sebelumnya. Adapun tanda-tanda secara lengkap adalah sebagai berikut:
- Perasaan depresif lebih banayk dalam sehari, hampir setiap hari yang diindikasikan berdasarkan data subjektif atau hasil observasi.
- Menurunnya secara nyata minat terhadap kesenangan, hampir semua aktivitas dalam sehari atau hampir setiap hari.
- Kehilangan berat badan yang berarti meskipun tidak diet.
- Kesulitan tidur (insomnia)
- terjadi peningkatan aktivitas psikomotor atau perlambatan motorik hampir setiap hari.
- Kelelahan atau kehilangan energi hampir setiap hari.
- Perasaan-perasaan tidak berharga atau berlebihan atau perasaan berdosa yang berlebihan hampir setiap hari.
- Berkurangnya kemampuan untuk berpikir atau konsentrasi, atau perasaan ragu-ragu hampir setiap hariterus-menerus berpikir tentang kematian, berulangnya ide-ide untuk bunuh diri.
b. Manic Episode
Pada tipe ini, ditandai dengan periode agngguan yang nyata dan peningkatan secara menetap, mood mudah terangsang selama 1 minggu. Selama periode gangguan, 3 atau lebih gejala berikut telah menetap dan telah nampak dalam tingkat yang berarti:
·         Melambungnya harga diri
·         Menurunnya kebutuhan untuk tidur
·         Lebih banayk bicara dibanding biasanya
·         flight of ideas
·         perhatian yang mudah teralih
·         peningkatan perilaku
·         keterlibatan yang berlebihan dalam aktivitas yang menyenangkan yang berpotensi untuk mengakibatkan cedera.
2.      Depressive disorders
a. Mayor Depressive Disorders
Dapat berupa episode berulang atau episode tunggal. Hal ini dapat juga memiliki gambaran khusus seperti adanya penampilan diam melamun (catatonic) atau melankolik atau menyertai kejadian postpartum.
b. Dysthymic disorder
Dikenal dengan Depresi Neurosis, yang ditandai dengan mood yang terdepresi dalam sebagain besar hari.
3.      Bipolar Disorders
a. Bipolar Disorders
klien dengan tipe bipolar mendemonstrasikan kekuatan, meluap-luap dan menggambarkan siklus irama mood. Bentuk yang ditemukan dalam tipe gangguan mental ini adalah kapanpun mengalami keadaan meluap-luap selama waktu satu mingu atau satu bulan.
b. Cyclothymic Disorders
Individu dengan kelainan ini cenderung untuk mengalami irama mood diantara keriangan dan depresif.




ASUHAN PADA PASIEN GANGGUAN ALAM PERASAAN / DEPRESI

Posted on by grahacendikia
Alam perasaan adalah keadaan emosional yang berkepanjangan yang mempengaruhi seluruh keperibadiaan dan fungsi kehidupan seseorang. Gangguan alam perasaan ditandai oleh syndrom depresif sebagian atau penuh, selain itu juga ditandai oleh kehilangan minat atau kesenangan dalam aktifitas sehari-hari dan rekreasi.
Gangguan alam perasaan depresi dapat terjadi karena ketidakseimbangan elektrolit, yaitu perubahan natriun dan kalium didalam neuron (Gibbson dikutip dari Towsend , M C, 1995). Perubahan biokimia (noreefinefrin, dopamine dan serotonin) juga mempengaruhi keadaan emosional individu. Rendahnya kadar noreefinefrin dan dopamine mengakibatkan individu berada dalam episode depresi dan sebaliknya meningkatkan kadar norefinefrin dan dopamine didalam otak mengakibatkan perilaku maniak


    1. Pengertian
      - menurut Stuart Laraia dalam Psikiatric Nursing. 1998 menyatakan bahwa:
      keadaan emosional yang memanjang yang mempengaruhi seluruh kepribadian individu dan fungsi kehidupannya. hal ini berhubungan dengan emosi dan memiliki pengertian yang sama dengan keadaaan perasaan atau emosi. ada 4 fungsi adaptasi dari emosi, yaitu sebagai bentuk dari komunikasi sosial, merangsang fungsi fisiologis, kesadaran secara subjektif dan mekanisme pertahanan psikodinamis.
      - menurut Jhon W. Santrock dalam Psikologi the Scince of Mind and Behaviour:
      kelainan psikologis yang ditandai meluasnya irama emosional seseorang, mulai dari rentang depresi sampai gembira yang berlebihan (euforia), gerak yang berlebihan (agitation).
      depresi dapat terjadi secara tunggal dalam bentuk mayor depresi atau dalam bentuk gangguan tipe bipolar.
      - menurut Patricia D.Barry dalam Mental Health and Mental Ilness:
      gangguan mental afektif (gangguan alam perasaan) meliputi kondisi mental yang menyebabkan perubahan alam perasaan seseorang (yang dikenal dengan afek) atau keadaan emosional dalam periode waktu yang panjang. perubahan emosional dapat berupa depresi, kegembiraan atau kombinasi dari berbagai siklus.

      B. Rentang Respon Emosi
      rentang respon emosi seseorang normalnya bergerak secara dinamis. bukan merupakan titik yng statis dan tetap. dinamisasi tersebut dipengaruhi oleh organobiologis, psokoedukatif, sosiocultural. klien yang mengalami gangguan alam perasaan, reaksinya cenderung menetap dan memanjang. hal tersebut sangat tergantung pada tipe gangguan alam perasaan (manik, depresif, atau kombinasi dari keduanya).
      rentang respon emosi:
      1. Responsif : ciri-cirinya klien lebih terbuka, menyadari perasaannya, dapat berpartisipasi dengan dunia internal (memahami harapan dirinya) dan dunia eksternal (memahami harapan oranglain)
      2. Reaksi kehilangan yang wajar : ciri-cirinya klien merasa bersedih, kegiatan sehari-hari klien terhenti (misalnya bekerja, sekolah), pikiran dan perasaan klien lebih berfokus pada diri sendir, tetapi hal tersebut hanya berlangsung sementara.
      3. Supresi : Ciri-cirinya klien menyangkal perasaannya sendiri, klien berusaha menekan atau mengalihkan perhatiannya terhadap lingkungan. Apabila fase ini berlangsung memanjang dapat mengganggu individu..
      4.Depresi : ciri-cirinya ditandai dengan perasaan sedih yang berlebihan, murung, tidak bersemangat, perasaan tidak berharga, merasa kosong, putus harapan, selalu merasa gagal, tidak berminat terhadap ADL, sampai adanya niat bunuh diri.

      C. Tipe Gangguan Alam Perasaan
      a. Mood Episode : mayor depressive episode, manic episode dll.
      b. Depressive Disorders : mayor depressive disorders, dysthymic disorders
      c Bipolar Disorders : bipolar disorders, cyclothymic disorders.

      D.Gejala Gangguan Mood Depresi
      - kemurungan, kesedihan, kelesuan, hilangnya gairah hidup, tidak ada semangat, merasa tidak berdaya, perasaan bersalah atau berdosa, tidak berguna dan putus asa.
      - gejala penyerta : sulit konsentrasi dan daya ingat menurun, nafsu makan dan berat badan menurun, ganggua tidur disertai mimpi-mimpi yang tidak menyenangkan, agitasi /retardasi motorik (gelisah atau perlambatan gerakan, hilangnya perasaan senang, meninggalkan hobi, kreatifitas dan produktifitas menurun, gangguan seksual, pikiran tentang kematian dan bunuh diri. salah satu gejala dari gangguan depresi adaalah bunuh diri, sebanyak 40% penderita depresi mempunyai ide untuk bunuh diri, dan hanya lebih kurang 15% saja yang sukses melakukannya. angka bunuh diri pada remaja AS dalam satu tahun antara 1,7-5,9% dan untuk selama hidup antara 3,0-7,1%. diperkirakan 12% dari kematian pada kelompok anak dan remaja di AS disebabkan karena bunuh diri. Di Indonesia kasus bunuh diri pada anak belum diketahui persentasenya




Category: depresi By Gank-Guan Djiwa
gangguan alam perasaan (mood)
A. Pengertian
- menurut Stuart Laraia dalam Psikiatric Nursing. 1998 menyatakan bahwa:
keadaan emosional yang memanjang yang mempengaruhi seluruh kepribadian individu dan fungsi kehidupannya. hal ini berhubungan dengan emosi dan memiliki pengertian yang sama dengan keadaaan perasaan atau emosi. ada 4 fungsi adaptasi dari emosi, yaitu sebagai bentuk dari komunikasi sosial, merangsang fungsi fisiologis, kesadaran secara subjektif dan mekanisme pertahanan psikodinamis.
- menurut Jhon W. Santrock dalam Psikologi the Scince of Mind and Behaviour:
kelainan psikologis yang ditandai meluasnya irama emosional seseorang, mulai dari rentang depresi sampai gembira yang berlebihan (euforia), gerak yang berlebihan (agitation).
depresi dapat terjadi secara tunggal dalam bentuk mayor depresi atau dalam bentuk gangguan tipe bipolar.
- menurut Patricia D.Barry dalam Mental Health and Mental Ilness:
gangguan mental afektif (gangguan alam perasaan) meliputi kondisi mental yang menyebabkan perubahan alam perasaan seseorang (yang dikenal dengan afek) atau keadaan emosional dalam periode waktu yang panjang. perubahan emosional dapat berupa depresi, kegembiraan atau kombinasi dari berbagai siklus.

B. Rentang Respon Emosi
rentang respon emosi seseorang normalnya bergerak secara dinamis. bukan merupakan titik yng statis dan tetap. dinamisasi tersebut dipengaruhi oleh organobiologis, psokoedukatif, sosiocultural. klien yang mengalami gangguan alam perasaan, reaksinya cenderung menetap dan memanjang. hal tersebut sangat tergantung pada tipe gangguan alam perasaan (manik, depresif, atau kombinasi dari keduanya).
rentang respon emosi:
1. Responsif : ciri-cirinya klien lebih terbuka, menyadari perasaannya, dapat berpartisipasi dengan dunia internal (memahami harapan dirinya) dan dunia eksternal (memahami harapan oranglain)
2. Reaksi kehilangan yang wajar : ciri-cirinya klien merasa bersedih, kegiatan sehari-hari klien terhenti (misalnya bekerja, sekolah), pikiran dan perasaan klien lebih berfokus pada diri sendir, tetapi hal tersebut hanya berlangsung sementara.
3. Supresi : Ciri-cirinya klien menyangkal perasaannya sendiri, klien berusaha menekan atau mengalihkan perhatiannya terhadap lingkungan. Apabila fase ini berlangsung memanjang dapat mengganggu individu..
4.Depresi : ciri-cirinya ditandai dengan perasaan sedih yang berlebihan, murung, tidak bersemangat, perasaan tidak berharga, merasa kosong, putus harapan, selalu merasa gagal, tidak berminat terhadap ADL, sampai adanya niat bunuh diri.

C. Tipe Gangguan Alam Perasaan
a. Mood Episode : mayor depressive episode, manic episode dll.
b. Depressive Disorders : mayor depressive disorders, dysthymic disorders
c Bipolar Disorders : bipolar disorders, cyclothymic disorders.

D.Gejala Gangguan Mood Depresi
- kemurungan, kesedihan, kelesuan, hilangnya gairah hidup, tidak ada semangat, merasa tidak berdaya, perasaan bersalah atau berdosa, tidak berguna dan putus asa.
- gejala penyerta : sulit konsentrasi dan daya ingat menurun, nafsu makan dan berat badan menurun, ganggua tidur disertai mimpi-mimpi yang tidak menyenangkan, agitasi /retardasi motorik (gelisah atau perlambatan gerakan, hilangnya perasaan senang, meninggalkan hobi, kreatifitas dan produktifitas menurun, gangguan seksual, pikiran tentang kematian dan bunuh diri. salah satu gejala dari gangguan depresi adaalah bunuh diri, sebanyak 40% penderita depresi mempunyai ide untuk bunuh diri, dan hanya lebih kurang 15% saja yang sukses melakukannya. angka bunuh diri pada remaja AS dalam satu tahun antara 1,7-5,9% dan untuk selama hidup antara 3,0-7,1%. diperkirakan 12% dari kematian pada kelompok anak dan remaja di AS disebabkan karena bunuh diri. Di Indonesia kasus bunuh diri pada anak belum diketahui persentasenya.
































mat, 27 Des 2002 10:48:53

Pdpersi, Jakarta -

Oleh Dr. Syaiful Anwar, SpKJ, Psikiater RS Advent Medan dan RS Pertamina UP-1 P.Brandan

Setiap tahap perubahan dalam perjalanan hidup manusia senantiasa mendatangkan perasaan tegang atau stres dalam jiwa manusia. Isi perasaan tegang itu tidak saja rasa gembira karena mendapatkan suatu keadaan atau benda yang sejak lama telah diidamkan atau yang sama sekali tidak dinyana, baik yang menggembirakan atau sebaliknya. Perasaan tegang juga timbul karena kecewa mengalami situasi yang sama sekali tak diduga dan tak diharapkan terjadi dalam hidupnya.

Ketegangan Jiwa

Seringkali kita sebagai seorang sahabat mudah sekali memberi dukungan moril dan memberi nasehat agar bersabar kepada rekan yang sedang menderita dukacita, atau bahkan mengucapkan selamat kepada suatu sukses yang baru saja diraihnya. Tapi bagi seseorang yang mengalami sendiri dengan seluruh perasaannya peristiwa perubahan tersebut, tidaklah sederhana proses kejiwaan yang terjadi.

Sebagai contoh peristiwa yang tidak kecil pengaruhnya kepada proses kejiwaan seseorang antara lain disebutkan mulai peristiwa pindah rumah, perkawinan, perceraian, kematian orang disayangi sampai mendapat promosi jabatan dalam karir baik yang telah diperkirakan apalagi yang tidak diduga atau tak diharapkan.

Perasaan gembira dan sedih tertekan (depresif) merupakan ketegangan jiwa yang sama dampaknya menjadikan jiwa manusia bergolak gelombang tidak tenteram seperti sebelumnya satu sampai tiga bulan menurut para ahli. Secara perlahan pergolakan gelombang rasa suka dan duka itu bergulir mulai gelombang kecil sederhana sampai membesar kemudian melandai dan akhirnya mendatar kembali mencapai ketenangan.

Manifestasi klinisnya mulai dari seluruh perhatian tersedot kepada peristiwa baru, mengurang perhatian kepada subjek lain, gangguan kualitas kinerja sampai mengalami kondisi tidak bisa istirahat, gelisah, dan tidak dapat tidur pada malam hari.

Depresif

Gangguan suasana perasaan depresif atau Episode Depresif dulu dikenal sebagai Neurosa depresif, disebut juga gangguan distimik, berada dalam kelompok gangguan suasana perasaan (mood/afektif).

Gambaran utama

Merupakan suatu gangguan suasana perasaan (mood) yang menahun mencakup terdapatnya gangguan alam perasaan yang depressif (tertekan), hilangnya minat atau rasa senang dalam semua segi kegiatan kehidupan, termasuk lenyapnya semangat melakukan semua aktifitas yang disenangi dalam waktu senggangnya. Kondisi gangguan ini bisa berlangsung selama beberapa hari sampai beberapa minggu.

Kriteria Diagnostik

1. Selama dua tahun terakhir (satu tahun untuk anak remaja) terganggu hampir seluruh waktunya oleh gejala khas sindroma depresi, tapi tidak termasuk klasifikasi depresi berat (psikosis/gangguan afektif berat).

2. Manifestasi gejala depresi dapat menetap atau muncul-hilang yang diselingi suasana alam perasaan normal untuk individu yang hanya berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu saja. Lama episode kambuh tidak lebih dari satu bulan.

3. Selama episode depresi terdapat gejala alam perasaan (mood) yang sedih, murung, merasa kehilangan semangat, merasa seperti jatuh dalam kesedihan, merasa amat rendah diri. Hilangnya minat dan rasa senang & gembira secara nyata dalam semua kegiatan hidupnya, dan yang biasanya dengan dilakukan dengan gembira mengisi waktu senggangnya.

4. Selama periode depresif terdapat sekurang-kurangnya 3 (tiga) gejala dari 13 gejala berikut:

1) Insomnia / tidak bisa tidur atau bahkan hypersomnia / tidur berlebihan

2) Perasaan letih lesu atau mengeluhkan rasa gangguan dan nyeri fisik secara menahun dan beraneka ragam

3) Perasaan kurang/tidak mampu melakukan kegiatan apa saja, merasa rendah diri, mencela diri sendiri

4) Aktivitas dan produktivitas menurun ditempat bekerja, disekolah, dirumah

5) Konsentrasi pemikiran menurun, daya simpan memory merosot, perhatian tidak tajam, kemampuan berpikir jernih lenyap

6) Menarik diri dari pergaulan sosial kemasyarakatan

7) Hilang minat dan kemampuan memanfaatkan waktu senggang untuk menikmati hal-hal yang biasanya disenanginya

8) Irritabilitas / mudah meledak rasa marah yang berlebihan dengan faktor pencetus yang kecil saja, yang biasanya dilampiaskan kepada orang tua atau pengasuh (kasus anak), /orang terdekat disekitarnya

9) Tidak mampu menghayati pujian, penghargaan dengan perasaan senang yang sewajarnya

10) Merosot dorongan berbicara, membicarakan masalah dirinya atau masalah lain, merasa diri lamban atau malah disertai rasa kegelisahan

11) Sikap jiwa pesimis terhadap masa depannya, menyesali berulang ulang peristiwa/kegiatan masa lampau yang telah dikerjakannya, merasa kasihan berlebihan terhadap diri sendiri atau orang lain

12) Mudah sekali menangis, air mata berlinang ketika sedang membicarakan sesuatu hal/kejadian/kegiatan/pengalaman-nya dimasa lampau

13) Pikiran berulang tentang kematian dirinya dengan segala akibat terhadap keluarga yang ditinggalkan, atau muncul gagasan bunuh diri (suicide) dengan alasan dirinya hanya menjadi beban orang lain, atau bahkan muncul ide membunuh keluarga dekatnya sebelum bunuh diri sendiri dengan alasan agar keluarga dekat itu tidak mengalami kesulitan hidup kelak jika dirinya sudah tak ada lagi (homicide).


5. Tidak terdapat ciri psikotik seperti waham, hallusinasi, inkoherensi, atau assosiasi longgar

6. Jika gangguan itu bertumpang tindih dengan gangguan mental sudah ada sebelumnya seperti gangguan Obsesif Kompulsif (Obsessif Compulsif Disorder/OCD) atau ketergantungan Alkohol, manifestasi gejala depresi itu dapat dibedakan dengan jelas dari gambaran afek / alam perasaan sebelumnya, berdasar pada intensitas manifestasi depresi dan pengaruhnya pada kemampuan menjalankan fungsi sehari-hari.

Gambaran Penyerta

Berkaitan dengan faktor usia, manifestasinya mirip dengan gejala gangguan episode depresi berat dengan perkecualian tidak ditemukan gejala waham dan hallusinasi. Gangguan kepribadian sering kali terdapat sebagai latar belakang gangguan ini, biasanya gangguan kepribadian siklotimik (mudah sekali merasa sangat sedih mendalam, tapi secara berperiodik bangkit kembali menjadi perasaan yang amat eforia, oleh faktor yang kecil saja).

Usia Timbul

Bemula sejak awal usia dewasa, yang sering menampilkan corak kepribadian depresif. Dapat bermula pada tahap usia anak dan remaja, usia lanjut, dan setelah mengidap gangguan afektif depresif berat. Perjalanan penyakit diawali oleh fase yang tidak jelas dikenali oleh pasien maupun keluarganya, yang biasanya berlangsung perlahan dan menahun.

Hambatan Kinerja dan Komplikasi

Terjadi hambatan dalam hubungan sosial dan fungsi pekerjaan dalam tahap ringan atau sedang, sesuai dengan kronisitas gangguannya bukan sebab beratnya gejala episode depresinya. Perawatan inap dirumah sakit jarang diperlukan, kecuali kuat sekali ide dan tentamen suicide, atau bertumpang tindih dengan gangguan afektif depresif berat.

Karena sifat gangguan yang menahun itu pengidap memiliki resiko terpancing menjadi penyalahguna zat adiktif. Pada anak dan remaja terjadi gangguan interaksi personal dan sosial dengan teman sebaya dan orang dewasa. Anak penyandang neurosa depresi cenderung bereaksi bersifat negatif terhadap penghargaan, pujian, terhadap hubungan positif dengan sesama anggota kelompok masyarakat, yang bermanifestasi sebagai ledakan rasa marah jengkel yang tidak sewajarnya.

Dalam jangka lama akan berdampak pada kemajuan, prestasi akademik, relasi sosial dan pekerjaan, terutama jika tidak dikelola dengan baik dan kontinu.

Faktor Predisposisi

Adanya gangguan fisik yang kronik, adanya gangguan mental lain seperti gangguan kepribadian atau gangguan afektif yang tidak sembuh sempurna. Pada anak dan remaja yang menjadi faktor predisposisi adalah adanya Gangguan Pemusatan Perhatian (Attention Deficit Hyperactivity Disorder/ADHD), Gangguan tingkah laku (Conduct disorder), Retardasi Mental, Gangguan perkembangan spesifik berat (berbahasa, membaca, berhitung, perkembangan motorik spesifik, gangguan perkembangan artikulasi), lingkungan yang tak adekwat, adanya penolakan kehadiran anak dalam keluarga dengan kondisi khususnya baik terselubung maupun terang-terangan. Lebih banyak ditemukan dikalangan wanita dewasa. Dikalangan anak, sama banyak pria dan wanita.

Penyebab

Penyebab gangguan neurosa depresi tidak diketahui dengan pasti. Etiologi secara hipotetis diperbincangkan antara lain karena factor gangguan biologik (termasuk faktor genetik) dan faktor psiko-sosial.

Faktor Biologik

Diduga kuat bahwa norepinephrine dan serotonin adalah dua jenis neurotransmitter yang bertanggung jawab mengendalikan patofisiologi ganguan alam perasaan pada manusia. Pada binatang percobaan. Pemberian antidepressant dalam waktu sekurang kurangnya dua sampai tiga minggu, berkaitan dengan melambatnya penurunan sensitifitas pada receptor post synaptic beta adrenergic dan 5HT2.

Temuan terakhir penelitian biogenic amine menunjukkan dukungan terhadap hipotesa bahwa pada gangguan alam perasaan (mood) pada umumnya, khususnya episode depresif terjadi kekacauan regulasi norepinephrine dan serotonin dijaringan otak yang dapat dikoreksi oleh zat antidepressant dalam jangka waktu dua sampai tiga minggu.

Data imaging jaringan otak yang didapat dari CT scanning, pada penderitra gangguan depresi terdapat pembesaran ventrikel otak. Pada positron emisi tomografi (PET) didapatkan bukti penurunan metabolisme diotak. Studi lain menyebutkan terjadi penurunan aliran darah pada gangguan depresi terutama di basal ganglia.

Dengan mengkombinasikan data dan gejala gangguan klinis depresi dan hasil riset biologik telah mendukung hipotesa bahwa gangguan depresi melibatkan keadaan patologi di limbic sistem, basal ganglia, dan hipothalamus.

Perlu dicatat bahwa terjadinya gangguan neurologik pada basal ganglia dan limbic sistem (terutama cacat exitasi pada belahan yang tak dominan) selalu disertai adanya gejala gangguan depresi. Limbic sistem dan basal ganglia berhubungan sangat erat, hipotesa sekarang menyebutkan produksi alam perasaan berupa emosi depresi dan mania merupakan peranan utama limbic sistem.

Disfungsi hipothalamus berakibat perobahan regulasi tidur, selera makan, dorongan seksual dan memacu perobahan biologi dalam bidang endocrine dan imunologik.

Masalah genetik

Didapatkan fakta bahwa gangguan alam perasaan (mood) baik tipe bipolar (adanya episode manik dan depresi) dan tipe unipolar (hanya depresi saja) memiliki kecenderungan menurun kepada generasinya, berdasar etiologi biologik.

Gangguan bipolar lebih kuat menurun ketimbang unipolar. 50% pasien bipolar mimiliki satu orangtua dengan gangguan alam perasaan/gangguan afektif, yang tersering unipolar (depresi saja). Jika seorang orang tua mengidap gangguan bipolar maka 27% anaknya memiliki resiko mengidap gangguan alam perasaan. Bila kedua orangtua mengidap gangguan bipolar maka 75% anaknya memiliki resiko mengidap gangguan alam perasaan.

Psikososial

Peristiwa traumatic kehidupan dan lingkungan sosial dengan suasana yang menegangkan dapat menjadi kausa gangguan neurosa depresi. Sejumlah data yang kuat menunjukkan kehilangan orangtua sebelum usia 11 tahun dan kehilangan pasangan hidup harmoni dapat memacu serangan awal gangguan neurosa depresi.

Manajemen Klinis

Pasien depresif harus dinilai dengan cermat aspek resiko tinggi seperti kemingkinan melakukan suicide (bunuh diri), homicide (membunuh orang lain sebelum bunuh diri), tak mau makan, kendali kegiatan hidup minimal seharian, yang akan sampai kepada sikap dokter mengklasifikasikan pasien tergolong gangguan/episode yang berat, beresiko tinggi membahayakan dirinya dan orang lain, apakah akan dirawat inap atau rawat jalan saja. Depresi ringan tanpa resiko tinggi, tentu cukup rawat jalan.

Antidepresant

Serangan akut depresi merupakan kondisi yang dengan sukses ditanggulangi 70-80 persen. Dalam pemberian obat pada pasien perlu diingat bahwa depresi adalah proses akibat fenomena biologik dan psikososial, keduanya tetap mendapatkan manfaat besar dengan pemberian obat antidepresant.

Kepada pasien perlu diingatkan bahwa untuk mendapatkan efek yang baik dari obat antidepressant diperlukan penggunaan obat lebih dahulu selama 3-4 minggu, termasuk juga untuk menetapkan suatu obat antidepressant tidak sesuai bagi pasien tertentu.

Sangat bijaksana menjelaskan kepada pasien efek samping yang akan dialami pengguna obat tertentu tapi hal yang sekaligus merupakan bukti bahwa obat itu sedang sedang bekerja dalam tubuh, dan tak perlu cepat dihentikan penggunaannya tanpa saran dokter.

Pasien perlu faham bahwa dampak bagus obat adalah gejala perbaikan pertama yang terlihat berupa perbaikan tidur, timbulnya selesa makan, yang disusul dengan bangkitnya rasa bertenaga. Sedangkan perasaan depresi merupakan gejala yang paling akhir hilangnya.

Perhatikan sejarah penggunaan obat pada pasien dan keluarganya, untuk mewaspadai hal yang tak diingini. Jika tak ada kontraindikasi maka dapat digunakan sebagai salah satu pilihan adalah golongan heterocyclic antidepressant yang diwakili oleh tricyclyc antidepressant.

Tricyclic antidepressant (TCA)

Alasan pemilihan tricyclic antidepressant adalah profile efeknya terutama karena tidak memiliki efek sedasi. Pengobatan yang dapat dinilai hasilnya adalah pemberian tricyclic antidepressant sekurang-kurangnya empat minggu, lebih disukai enam minggu. Jika 6 minggu tak terdapat perobahan yang bermakna perlu dipertimbangkan penggunaan antidepesaant kelompok lain seperti MonoAmino Oxydase Inhibitor (MAIO) atau Electroconvulsive therapy (ECT).

Saat ini dipasar beredar beraneka ragam anti depressant yang dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan, dengan memperhatikan hasil riset anti depresant terakhir. Sediaan antidepressant yang dapat digunakan : (berdasarkan urutan abjad nama dagang)

1. Amitriptyline HCl

(TCA) Amitriptyline Tab. 25 mg, 50 mg, 75 mg, 100 mg, 150mg 75-200 mg, 2-3 x sehari 50-300 mg Indofarma

2 Fluoxetine HCl

Antiprestin Cap. 10 mg, 20 mg 20-80mg 80 mg Pharos

3 Amoxapine (MAOI)

Asendin Tab. 100 mg 75-200 mg 300 mg Lederle

4 Meclobemide

Aurorix Tab. 150 mg 300-450 mg 450 mg Roche

5 Citalopram

Cipram Tab. 20 mg 10- 60 mg 60 mg Lundbeck

6 Opipramol

di HCl Insidon Tab. 50 mg 50-100 mg 100 mg Novartis

7 Fluoxetine HCl

Kalxetin Cap. 20 mg 20-80 mg 80 mg Kalbe Farma

8 Maprotiline HCl

Ludiomil Tab.10mg,25mg, 50mg,75mg 25-150mg 150mg Novartis

9 Fluvoxamine maleate

Luvox Tab.50mg 50-100mg 300mg Solvay Pharm.

10 Fluoxetine

Nopres Tab.20mg 20-80mg 80mg Dexa Medica

11 Fluoxetine HCl

Prozac Cap.20mg 20-80mg 80mg Lilly

12 Paroxetine HCl

Seroxat Tab.20mg 10-50mg 50mg SmithKline Beechem

13 Tianeptine

Stablon Tab.25mg 25-75mg 75mg Servier

14 Inipramine HCl

Tofranil Tab.25mg 25-200mg 200mg Novartis 15 Trazodone HCl Trazone Tab.50mg,100mg 50-400mg 400mg Kalbe/Angelini

16 Sertraline HCl

Zoloft Tab.50mg 50mg 200mg Pfizer

Kombinasi penggunaan tricyclic antidepressant (kecuali imipramine) dengan MAOI dengan pengawasan sangat hati-hati dapat dicoba dengan dosis awal keduanya rendah, perlahan dinaikkan.

Meski mengandung kontroversi penggunaan ECT dianjurkan kalau diperlukan efek perbaikan lekas untuk menangkal resiko tinggi seperti suicide dan homicide.

Lithium

Garam Lithium (carbonate) merupakan antidepressant yang dianjurkan untuk gangguan depresi bipolar (terdapatnya episode depresi dan mania) dan penderita gangguan depresi. Lithium tidak bersifat sedative, depressant ataupun eforiant, inilah yang membedakannya dari antidepressant lain.

Mekanis aksi lithium mengendalikan alam perasaan belum diketahui, diduga akibat efeknya sebagai membrana biologi. Sifat khas ion lithium dengan ukuran yang amat kecil tersebar melalui membrana biologik, berbeda dari ion Na dan K. Ion lithium menggantikan ion Na mendukung aksi potensial tunggal di sel saraf dan melestarikan membrana potensial itu. Masih belum jelas betul makna interaksi antara lithium (dengan konsentrasi 1 mEq per liter) dan transportasi monovalent atau divalent kation oleh sel saraf.

Aksi lithium disusunan saraf pusat dispekulasikan sebagai merobah distribusi ion didalam sel susunan saraf pusat, perhatian terpusat pada efek konsentrasi ion nya yang rendah dalam metabolisme biogenic amine yang berperanan utama dalam patofisiologi gangguan alam perasaan.

Psikoterapi

Manajemen klinis dilakukan dengan mempertimbangkan faktor dominan kausa gangguan. Jika menonjol dampak aspek ledakan psikososial yang mengacaukan psikodinamik pasien, dilakukan psikoterapi. Jika tak yakin akan bermanfaat penanganan tunggal psikoterapi, dapat disertai pemberian farmakoterapi anti depresant.

Banyak laporan menegaskan bahwa penanganan kombinasi dua tehnik psikoterapi dan farmakoterapi memberikan hasil lebih baik.

Jangan Dianggap Enteng

Setiap gejala depresif yang ditemukan pada seseorang, sebaiknya dokter yang dijumpai atau dimintakan nasehat mediknya, tidak menganggap enteng gangguan ini, apalagi tidak memikirkan untuk mengkonsultasikan kondisi pasien ini kepada pakar psikiatri. Yang memiliki kesadaran bahwa seseorang sangat mungkin mengidap gangguan depresif hanyalah dokter.

Menjadi tanggung jawab profesional dokterlah memberikan pengertian kepada klien dan keluarganya, kondisi gangguan apa yang sedang dihadapi. Tak jarang disangkal oleh penderita dan keluarganya bahwa mereka sedang berhadapan dengan gangguan depresif, sampai terjadi percobaan dan tindakan suicide atau homicide.

Referensi:

1. Alfred Goodman Gilman, Louis S. Goodman, Alfred Gilman : Goodman and Gilman’s The Pharmacological Basis of Therapeutics, Sixth Edition, pp.391-447; Macmillan Publishing Co. Inc. New York; 1980.

2. Direktorat Kesehatan Jiwa, Dit Jen Yan Medik Depkes R.I: Pedoman Penggolongan Gangguan Jiwa di Indonesia Edisi II 1983 (Revisi);

3. Harold I.Kaplan, MD. and Benjamin J.Sadock, MD. : Synopsis of Psychiatry Behavioural Sciences Ckinical Psychiatry; pp. 288-303; William & Wilkins Baltimore, 1985.

4. MIMS Indonesia, 1st, 2000. pp.144-145

Tidak ada komentar:

Posting Komentar